Toko Serba Lima Ribu

”aku masuki dirimu seperti memasuki toko serba lima ribu. aku satu set mainan anak-anak, tusuk gigi, dan satu pak pengorek telinga. ibuku boneka hiu gergaji, ayahku kampak bermata dua seperti dalam cerita silat di televisi. kau ingin menyebut nama- nama pemilik bibir yang pernah mengucapkan cinta dan hidup dalam kenanganmu. tapi orang-orang masuk dan keluar membawa apa saja menjauh dari pintu.”

”aku pendingan ruangan yang menempel di sudut toko itu. seseorang, mungkin pelayan yang mengerti isyarat hati, akan mengganti lagu dari tape di meja kasir dan menyembunyikan satu peristiwa bunuh diri di kantong belakang. menyalakan kipas angin di sudut lain dan menggumamkan kematian yang dingin. tidakkah pendingin ruangan, kipas angin, dan tape di meja kasir juga bagian yang akan dijual dari dirimu?”
”termasuk yang ingin kau lupakan: peristiwa bunuh diri itu!”
”aku membawa pacarku ke dalam dirimu suatu petang, berbelanja boneka anjing bermata besar dengan uang pas- pasan, dan menemukan tulang rusukku di antara gigi depannya yang runcing. aku memelihara omong kosong dengan mengingat hari ulang tahun kakek buyut kita yang menghilang dalam sebuah pertempuran. pacarku akan mengulang omong kosong itu beberapa kali, dan mengutuk kesepianku. mungkin kepada lelaki lain yang dia kencani.”
”aku terus melubangi pohon di halamanmu dan menjulurkan sebelah tangan untuk membuka pintu. ada yang rebah tepat di pintu masuk di suatu hujan badai dan menyadari dengan terlambat: ayah kita di masa lalu pernah memangkas rambut kita sampai botak di bawah rindang pohon itu.”
”kita besar dan menemukan diri tak lagi sesederhana bunyi ketuk yang diwakilkan suara batuk atau desir air pembasuh kaki itu. ibu bergegas turun dan menemukanku telah telanjang dengan tubuh warna-warni.”

”kau seperti toko serba lima ribu!”

Comments

Tulisan yang paling ramai dibaca minggu ini