Puisi-puisi di Koran Kompas, 02 Februari 2014

Cinta Jahanam

Kalau kau tak mau, Uda, terpaksa pada buhul ini aku minta
janji lama hilang lenyap sumpah tinggal gulali merah muda
jangan beri aku harap, Uda, siampa besar di kerak-kerak neraka
jahanam kau Uda
kakimu terbalik, bibirmu rata
mulutmu gua bersarang biawak berbisa dan komodo purba
kau memelihara babi dalam kepalamu, Cindaku!
aku bisa kembalikan kapal yang tersorong badai ke samudra
tapi tidak bisa kembalikan hati yang terseret riak kecil asmara
di tengah malam menjelang malaikat tidur dalam kepalaku
aku sebut-sebut namamu bagai igau iblis dari dasar kawah
cintaku amuk gunung api, Uda

Kancing Baju Alimaca

Dalam topi lakenmu yang bundar
cakrawala tiba-tiba pudar
bukit-bukit baru tumbuh dari balik kabut seperti payudara anak gadis tiga belas tahun
ladam kuda memercikkan api di jalan raya, dulu para rodi bergelimpang mati di situ
tetapi sebentar lagi lampu-lampu toko menyala di seberangnya menerbarkan harum
sabun wangi yang tercium dari leher gadis-gadis baru pulang dari pemandian air panas
di jalan besar ke pasar kota itu juga
ada kereta api lewat setiap pagi
membawa keranjang-keranjang penuh kampung-kampung yang terseret
troli ke supermarket, truk-truk tentara penuh muatan pernah berjalan di atasnya
membawa kamu bercelana pendek belacu memotong garis demarkasi
kancing bajumu tanggal seluruhnya
ketika angin tiba-tiba gusar
menyumbul pusarmu yang besar, menyumbul hari depan yang cepat-cepat buyar
rahasia berhamburan keluar seperti keluang-keluang berhamburan dari mulut gua
pada lantai berderak bunyi jatuhnya bagai derak gigi kereta api di jalan menanjak
angin dataran tinggi membawa kabut bikin arah tak tampak
ladam kuda berdentang-dentang di jalan raya
hari lalu bergetar di atas tempat tidur
seperti desis ular mendengkur

Comments