'Melawan’ Agama-agama Ibrani
Resensi oleh Deddy Arsya
Bagaimana sebuah bangsa (mencoba) mempertahankan agama nenek moyang mereka di tengah gempuran agama-agama besar dunia: Islam, Kristen, lalu Yahudi—agama-agama besar Ibrani?
Bangsa Khazar merupakan contoh tepat untuk menjawab pertanyaan itu. Sebuah buku baru terbit di pertengahan tahun 2009 ini, Kamus Khazar, buku yang ditulis Milorad Pavic, dan terjemahannya diterbitkan Penerbit Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, mencatat tentang ini.
Meskipun informasi tentang bangsa Khazar masih tetap simpang-siur hingga kini. Baik sumber Yahudi, Kristen, maupun Islam sama-sama mengacungkan telunjuk telah berhasil memikat dan merebut hati bangsa Khazar untuk memeluk agama mereka. Masing-masing pihak menyatakan telah memenangkan ‘polemik menafsirkan mimpi sang khagan’ dan mengatakan secara agak superior bahwa agama merekalah yang dianut bangsa Khazar secara permanen dan besar-besaran. Sementara dari khasanah Khazar sendiri nyaris tak ada sumber yang mengatakan bangsa mereka telah menganut salah satu agama besar Ibrani itu.
Imperium Khazar terbuka bagi masuknya agama-agama Ibrani setidak-tidaknya ketika khagan (pangeran) Khazar bermimpi. Sesosok malaikat muncul dalam mimpi khagan Khazar dan berkata kepadanya: “Tuhan berkenan dengan mimpimu, tetapi tidak dengan perbuataanmu.” Sang khagan memutuskan mengundang tiga filsuf untuk menafsirkan mimpi itu karena tak terpuaskan hanya oleh tafsiran ahli-ahli mimpi ‘teolog-teolog’ Khazar sendiri. Sang khagan mengundang ahli-ahli dari tiga agama besar dunia ketika itu (seorang darwis, rahib, dan rabi) untuk menafsirkan mimpi itu, dengan ketentuan khagan dan seluruh rakyat Khazar akan menganut agama sang pemenang.
Bahasan utama novel ini merupakan peristiwa perpindahan bangsa Khazar dari agama asli mereka. Novel leksikon ini terdiri dari tiga bagian besar. Bagian pertama yang disebut sebagai Buku Merah berisi sumber-sumber Kristen tentang bangsa Khazar dan kristenisasi bangsa tersebut. Sumber Kristen menyebut tahun 861 masehi sebagai tahun bangsa Khazar mulai memeluk iman Kristen. Tahun ini bertepatan pula dengan tahun kedatangan teolog Yunani untuk ikut serta dalam polemik menafsirkan mimipi sang khagan. Raib Kristen itu disebutkan dalam sumber Kristen telah berhasil memenangkan polemik dan mengkristenkan orang-orang Khazar secara luas.
Bagian kedua merupakan Buku Hijau, bagian dari Kamus Khazar yang berisi sumber-sumber Islam tentang bangsa Khazar. Dalam bagian ini diketahui bangsa Khazar meninggalkan agama asli mereka dan beralih menganut Islam pada masa kekuasaan khalifah Abbasiyah Harun Arrasyid (786-809). Sumber lain mengatakan bangsa Khazar memeluk Islam setelah kalah dalam perang melawan bangsa Arab, dan sebagai konsekuensinya mereka menerima perdamaian dan Islam. Sumber lain mengatakan, Arab dan Khazar pernah terlibat perang pada tahun 642 masehi, tetapi bangsa Arab dapat dikalahkan pada 653 masehi, dan baru pada tahun 772/773 bangsa Khazar dapat dikalahkan, yaitu pada masa khalifah Muhamad Marwan. Seorang darwis Islam (dalam bagian lain utusan Islam disebut sebagai ‘mullah’) berhasil memenangkan perdebatan atas tafsir mimpi sang khagan. Sumber lain justru menyebutkan sang darwis atau mullah tidak berhasil memenangkan perdebatan karena terbunuh dalam perjalanan menuju negeri Khazar atas konspirasi orang-orang Yahudi dan Kristen.
Bagian ketiga merupakan bagian kamus Khazar yang disebut Buku Kuning yang berisi pendapat sumber-sumber Yahudi tentang bangsa Khazar. Sumber-sumber Yahudi pada bagian ini mengatakan bahwa bangsa Khazar mengalami Yahudisasi yang hebat setelah utusan Yahudi berhasil memenangkan perdebatan. Oleh sang rabi Yahudi, Islam dan Kristen digambarkan sebagai agama yang suka berperang, suka berbunuh-bunuhan. Kedua agama itu memiliki armada perang, kata sang rabi, sementara Yahudi (yang tersisih dari konstelasi politik masa itu, diusir oleh Kristen Eropa, terlunta-lunta dalam pengembaraan politik mereka) adalah agama yang tidak punya angkatan perang, oleh sebab itu ‘dianggap’ mereka tidak suka berperang. Menurut sumber yang sama, atas dasar itu, agama Yahudi lebih diterima di tengah bangsa Khazar dibandingkan dua agama besar Ibrani lainnya. Tahun 740 menunjukkan tahun dimulainya Yahudisasi bangsa Khazar.
Masing-masing sumber dari agama-agama besar Ibrani memiliki gambaran yang berbeda-beda tentang bangsa Khazar. Mereka juga memiliki pendapat yang tak sama tentang siapa yang memenangkan polemik ‘menafsirkan mimpi sang khagan’. Masing-masing pihak sama-sama mengklaim telah memenangkan perdebatan. Entah mana dari sumber-sumber itu yang benar, sumber-sumber Khazar sendiri hampir tidak ada untuk memberi petujuk yang lebih jelas dan terang untuk menjawabnya. Kecuali benda-benda yang diperkirakan dan diduga sisa-sisa peradaban Khazar yang tak dapat memberi penjelasaan yang memadai untuk menjawab kesimpang-siuran informasi tentang mereka.
Baik sumber Islam, Yahudi, maupun Kristen menyebutkan bahwa bangsa Khazar telah mencoba, secara eksplisit, menolak agama-agama besar ibrani itu. Dalam suatu sumber menyebut bahwa agama mereka diterima, namun sumber lain dari pihak yang berbeda akan menggagalkannya dengan alasan-alasan yang mereka miliki untuk membantah keunggulan agama tersebut. Dari sumber-sumber itu didapatkan kesimpulan bahwa ada saja yang salah dalam pandangan bangsa Khazar atas ketiga agama besar dunia itu. Bangsa Khazar mencela Islam maupun Kristen yang sering terlibat perang padahal mereka sama-sama agama yang mengajarkan cinta kasih. Namun begitu, bangsa Khazar juga tidak menerima Yahudi (yang untuk masa itu bersih dari riwayat peperangan). Karena bagi orang Khazar terusirnya umat Yahudi dari daratan Eropa dan terlunta-lunta dalam pengembaraan yang menyakitkan adalah akibat kebodohan dan kegagalan mereka. Oleh sebab itu bangsa Khazar menilai agama Yahudi juga tidak sesuai untuk dianut oleh bangsa mereka, karena mereka tidak mau terusir seperti umat Yahudi yang bodoh dan gagal.
Catatan di halaman paling belakang buku ini tepat, “bangsa Khazar adalah metafora untuk sekelompok kecil manusia yang bertahan di antara kekuatan-kekuatan adidaya dan agama-agama besar.”
Selamat membaca!
(Padang, 2009)



Comments
Post a Comment