Cubadak Paradiso
oleh Deddy Arsya
Dihantam torpedo Jepang,
kapal Belanda dulu tenggelam di sini
berpuluh-puluh tahun yang lalu
kini kapal itu telah menjadi terumbu karang
yang dikerumuni ikan-ikan.
Seorang pelancong yang tiap bicara diselingi kata “maaf”
menyelam di lokasi yang sama, mencari jejak masa silamnya.
“Maaf, apakah benar di sini kubur ayah saya?
Maaf, saya tidak bisa melihatnya.
Maaf, kabut sangatlah tebal.”
Matahari pasi-pucat, hutan di sini terbakar lagi
semua yang di dasar laut terlihat samar dalam pekat kabut
Dia lalu memilih mengumpulkan cangkang-cangkang siput
di sepanjang pantai yang masih mencium pahit gambut.
“Maaf, rahasia hari lalu kadang memang sulit diterka
Kapan waktu mengatup, kapan waktu menganga!”
(Kompas, 22 November 2015)



Comments
Post a Comment