St. Valentinus (Refleksi Lain)


St. Valentinus (Refleksi Lain)

oleh Deddy Arsya

Seorang santo dihukum mati pada 14 Februari hampir 18 abad yang lalu. Kini, setengah orang merayakannya dalam riuh-rendah pesta.  


Pada tahun 270, Raja Romawi,  Kaisar Claudius II, tengah sibuk-sibuknya mempropagandakan membangun angkatan perang yang besar dan kuat ke seluruh Roma. Laki-laki yang layak untuk jadi tentara direkrut dari berbagai penjuru kerajaan demi menghadapi perang yang mungkin akan datang.

Namun, banyak kemudian yang tidak bersedia serta dalam agenda besar itu. Mereka tidak mau menjadi prajurit atau tidak bersedia terjun ke medan perang karena dengan menjadi prajurit atau berperang mereka harus meninggalkan anak dan istri. Dan sang kaisar berang. Dia kemudian mengeluarkan undang-undang yang melarang pernikahan. Menikah dianggap akan dapat mengalihkan perhatian. Dia ingin perhatian harus tertuju pada membangun angkatan perang sepenuhnya, tak terbagi sekeping pun.

Tapi, seorang santo diam-diam menolak titah itu. “Bagaimana kau hendak memisahkan manusia, sementara Tuhan hendak menyatukan mereka!” kata sebuah ayat dalam Injil. Barangkali berdasar pada dalil itu, sang santo terus menikah-kawinkan orang sekalipun kekuasaan melarang. Dan dia ditangkap, dihukum, dipenjarakan atas tuduhan melawan otoritas kekaisaran. Namun dalam penjara, sang santo masih dapat melakukan surat-menyurat ke dunia luar lewat jasa seorang gadis kecil anak sipir penjara yang konon telah disembuhkan matanya. Lewat surat-surat itu, sang santo menyebarkan khotbah-khotbahnya yang mengkampanyekan pernikahan.   

Namun, tindakan itu juga kemudian diketahui kekuasaa. Sang santo digantung. Pada hari di mana setengah orang merayakannya kini sebagai hari kasih sayang. Santo itu bernama Santo Valentine. Dia seorang Katolik yang menuhankan Yesus. Siapa pun dia, apa pun agamanya, siapun Tuhannya, dia patut dihormati; dia adalah seorang yang berani melawan kekuasaan tiran. Melawan perang dengan cinta. Cinta yang juga wajar: lewat pernikahan.

Tidak ada yang berhak melarang, bahkan seorang raja paling kuat sekalipun. Bagaimana pun manusia memang harus menikah; hanya dengan cara itu cinta dapat disalurkan secara benar. Muhammad bilang: “menikahlah, maka kau akan kaya!”

Comments

Tulisan yang paling ramai dibaca minggu ini