"Aman Makmur" Bicara Buruh
“Tadjuk Rencana” Aman Makmoer, 26 Juli 1969
Oleh Deddy Arsya
Pada tanggal 26 Juli 1969, Aman Makmur yang terbit di Padang, mengeluarkan sebuah tajuk rencana berkepala "Buruh dan Organisasinja".
Sesuai dengan judulnya, tajuk itu berbicara tentang buruh dan organisasi buruh. Tajuk itu mendukung sepenuhnya keberadaan organisasi/perkumpulan buruh. "Dimanapun adanja organisasi matjam itu, ia patut kita perkembangkan. Semakin banyak, semakin baik." tulis harian yang mula-mula terbit pada tanggal 15 Februari1963 ini.
Namun, Aman Makmur menggarisbawahi, bahwa tidak sembarang organisasi buruh yang harus didukung dan dikembangkan itu. Ada kriteria-kriteria khususnya. Salah satu kriterianya adalah keberadaan organisasi buruh tidak untuk tujuan mempertentangkan buruh dan majikan. "Sebenarnja dalam suatu organisasi buruh apa jang diorganisir sebenarnja adalah potensi2 jang terdapat dalam perusahaan itu. Bukan buruh2nja itu sendiri. Maka karenanja sekali2 tidaklah diinginkan adanya terdapat suatu pertentangan klas antara buruh dan madjikan".
Jikapun nanti ada terjadi ketidaksesuaian antara buruk dan majikan, menurut Tajuk yang sama, itu tidak harus diperuncing sehingga bersifat konfrontatif dan itu akan tidak produktif bagi kelangsungan produksi perusahan. "Semua masalah yang timbul ada saja kemungkinan dimusyawarahkan", tulis Aman Makmur.
Kriteria lain adalah bawah organisasi buruh harus semata bergiat untuk tujuan praktis (yang diterjemahkan misalnya dalam bentuk mengadakan pelatihan-pelatihan kerja untuk meningkatkan kemampuan buruh itu sendiri). Melalui organisasinya itu, sehingganya, buruh dapat merumuskan program-program, rencana-rencana kerja untuk tujuan-tujuan yang praktis menyangkut kepentingan riil para buruh itu sendiri. Para buruh adalah mereka yang 'berpikir praktis' untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, buruh harus dibebaskan dari ideologi-ideologi atau keyakinan-keyakinan politik tertentu. Para buruh itu "djiwanja harus dan pikirannja tidak ditjabik2 oleh perbedaan kejakinan politik, ideologi, dsbnya".
Aman Makmur sendiri hadir untuk memulihkan martabat orang Sumatera Barat yang ‘luluh-lantak’ tak mampu menegakkan kelapa akibat kalah perang atau terlibat dalam pemerontakan PRRI. Sebagai itu, Aman Makmur dalam beberapa hal tampak bertentangan dengan garis ideologi PKI atau partai komunis yang beberapa tahun sebelumnya sedang naik daun. Aman Makmur misalnya pernah dilarang terbit pada tahun 1965 karena berita-beritanya yang dianggap acap berseberangan dengan Soekarno dan PKI.
Namun, pasca-Gestapu 1965, koran ini terbit kembali dibantu oleh tentara. Setelah terbit kembali, koran ini semakin gencar menentang ‘komunisme’. Ini misalnya tampak pada isi ‘Tadjuk Rencana’ yang telah diuraikan di atas. Bagaimana pandangan koran ini tentang buruh dan organisasinya tampak sekali berbeda dengan komunisme memandang. Misalnya pandangan koran ini mengenai buruh yang harus bebas dari ideologi tertentu & antara buruh dan majikan harus tidak terjadi pertentangan. Pandangan ini berseberangan sekali dengan komunisme yang justru menginginkan sebaliknya.
Soal buruh dan organisasi buruh pada akhir Orde Lama dan awal-awal Orde Baru, suatu masa transisi yang bergejolak, menarik untuk menjadi kajian. Silahkan menindaklanjuti bagi yang berminat.
Comments
Post a Comment