Doenia kanak-kanak Sumatra-Sinbun
Majalah Anak-anak Zaman Jepang
Doenia kanak-kanak Sumatra-Sinbun, begitu nama majalah yang mulai diterbitkan pada 1942, sesaat setelah militer Jepang berkuasa sebagai penjajah di Indonesia. Majalah ini, dari tampilannya, terlihat mewah untuk ukuran majalah anak-anak di Indonesia pada zaman itu.
Isinya, jelas memuat konten-konten untuk 'genre' anak-anak dan remaja yang populer pada waktu itu. Misalnya, ada rubrik Tjeritera2 Pendek(berisi cerita-cerita pendek untuk kelas pembaca anak-anak dan remaja), juga ada kolom Teka-teki, rubrik Kenang-kenangan, Serba-serbi, Tjeritera Nippon, dan kolom puisi.
Tujuan keberadaan majalah ini tentu adalah untuk 'propaganda' militer Jepang di Indonesia, yaitu propaganda yang ditujukan untuk anak-anak dan remaja. Di Jepang sendiri, propaganda untuk melibatkan anak-anak dalam 'iklim' perang begitu gencar; anak-anak dilatih ilmu perang, diperkenalkan dengan mesin-mesin perang. Majalah ini, diadakan di Indonesia, tentu juga dalam agenda propaganda yang sama. Dalam sebuah edisi majalah ini, 19 Desember 1942, misalnya, ada berita tentang Putra Mahkota Akihito, yang mana artikel itu dilengkapi foto sang putra mahkota berpakaian lengkap ala militer.
Ada sebuah puisi yang terbit pada majalah ini edisi yang sama, yang ditulis oleh seorang Indonesia bernama A. M. Karim, yang juga menunjukkan bahwa majalah ini memang dibuat untuk tujuan 'propaganda' untuk menarik dukungan anak-anak dan remaja agar mendukung Jepang.
Bangoenlah!
Wahai poetra desakoe
Kenapa doedoek termangoe
Mata-hari telah mendjelma
Disebelah Timoer djaoeh disana.
Bangoenlah wahai poetra desakoe
Tahoekah dikau apa hadjatkoe
Mari koebimbing koepegang bahoe
Mari koebawa ketaman baroe
"Dukasusi" namanja taman
Tempat bertjengkerama berkawan-
kawan
Mari berdiri tenang dan aman
Djangan gentar soekma dan iman
Dalam puisi itu terasa ada pesan-pesan 'khusus' yang hendak disampaikan penulisnya, yaitu agar kita si pembaca Indonesia mengambil contoh ke Timur, dalam konteks ini, tentu kepada kemajuan yang tengah dicapai Jepang. Dalam baris "Mata-hari telah mendjelma/Disebelah Timoer djaoeh disana", misalnya terlihat ajakan untuk menengok Jepang yang ketika itu memang sedang menjelma menjadi kekuatan raksasa di Timur. Bangsa Indonesia diminta atau 'dibimbing' untuk mendukung dan menjadi bagian dari kesuksesan Jepang itu. Baris-baris ini lebih lanjut menyiratkan pesan itu. "Mari koebimbing koepegang bahoe/Mari koebawa ketaman baroe//"Dukasusi" namanja taman/Tempat bertjengkerama berkawan-/kawan".
Comments
Post a Comment